Membangun Islam Tradisional di Bumi Nusantara


By: Khoirul Taqwim

Membangun Islam tradisional membutuhkan sebuah keberanian dalam mengambil sikap. Mengingat gagasan tentang ke-Islaman bertebaran dibumi nusantara melalui beragam aliran dan paradigma pemikiran, seperti gagasan Islam khilafah maupun Islam liberal yang juga ikut memberi warna di bumi nusantara. Sehingga Islam dengan berbagai macam gagasan masuk dalam tubuh masyarakat Islam, tetapi Islam tradisional sebagai ke-Islaman yang cocok dengan karakter masyarakat pribumi dalam memberi sebuah gagasan secara tepat.

Keberadaan Islam tradisional sebagai bentuk pengejawantahan antara teks dan konteks, agar kedua hal ini dapat bersinergi yang saling berkaitan secara utuh. Karena Islam tradisional merupakan wajah ke-Islaman dengan mengambil Nilai-nilai yang terdapat dalam kawasan Nusantara, untuk digali dalam khazanah ke-Islaman yang lebih membumi dalam kehidupan secara kaffah.

Sedangkan Islam liberal maupun Islam khilafah cenderung mengarah pada pola pemikiran Kebarat-baratan dan ketimur-tengahan. Inilah perbedaan mendasar antara Islam tradisional dengan Islam liberal maupun Islam Khilafah dalam membangun karakter masyarakat pribumi nusantara.

Nusantara dengan keragaman yang dimiliki, baik masalah sosial, budaya, ekonomi, politik dan masih banyak lagi ditubuh nusantara, tentu semua membutuhkan pendekatan yang elegan dalam membangun masyarakat Islam secara kaffah, agar dapat bersinergi dengan baik antara gagasan dengan realita kehidupan ditengah-tengah masyarakat.

Dalam membangun Islam tradisional tak lepas dari sebuah strategi dengan pendekatan sosial maupun budaya, agar masyarakat di nusantara dapat menerima dengan baik keberadaan ajaran Islam, tentu semua dikemas dengan cerdas antara paradigma pemikiran dengan fakta dilapangan, agar tidak terjadi sebuah benturan yang keras. Namun dapat terjadi saling bersinergi antar kedua hal tersebut.

Islam tradisional merupakan sebuah gagasan dengan memberi sebuah paradigma pemikiran ke-Islaman yang lebih elegan dalam mencapai masyarakat secara kaffah, tentu dalam naungan ajaran Islam secara utuh ditengah-tengah keberagaman dalam kehidupan masyarakat.

Berbagai ajaran Islam berkembang pesat di bumi nusantara dengan segudang pemikiran maupun dalam bentuk penerjemahan tentang ke-Islaman, tetapi Islam tradisional mencoba memberi warna dengan mensinergikan antara budaya lokal dengan ajaran Islam, agar tidak terjadi sebuah benturan, tetapi kedua hal ini mampu mencapai dalam bentuk saling melengkapi antar satu dengan lainnya.

Membangun Islam tradisional dibumi nusantara membutuhkan sebuah daya dan upaya yang tepat, agar terjadi sebuah masyarakat yang penuh dengan kemaslahatan, dan mendapatkan rahmat dari sang maha pencipta segala, tentu semua membutuhkan sebuah gagasan yang tepat dalam meletakkan pondasi ke-Islaman, agar sesuai dengan ajaran suci ditengah-tengah budaya masyarakat setempat dalam membangun ajaran Islam dibumi nusantara.

Semoga Allah SWT memberi limpahan rahmat dan berkah kepada para pemkir Islam dalam membangun masyarakat tradisional di bumi nusantara, Amiin...........

Ketakutan Amerika Serikat Terhadap Islam Tradisional


By: Khoirul Taqwim

Amerika serikat sebagai negara super power di dunia, ternyata mempunyai kelemahan yang sangat signifikan. Sehingga wajar Amerika Serikat juga mempunyai rasa takut terhadap sesuatu yang dianggap berbahaya. Namun bangsa Amerika Serikat tidak mudah dicari kelemahannya. Mengingat bangsa Amerika Serikat salah satu bangsa terkuat diberbagai kawasan dibelahan bumi.

Bangsa Amerika Serikat telah menjadi negara adidaya yang sungguh menakjubkan dengan berbagai kekuatan yang dimilikinya, baik masalah ekonomi, sosial, budaya, politik, militer dan berbagai aspek lainnya. Sehingga menaklukkan bangsa Amerika Serikat tidak semudah membalikkan tangan, apalagi kekuatan militer bangsa Amerika Serikat telah terbukti diperang dunia kedua saat menjatuhkan bom atom di Hiroshima maupun di Nagasaki, dan mengakibatkan luluh lantak bangsa Jepang disaat terjadinya sebuah letusan bom atom tersebut.

Keberadaan Amerika Serikat yang semakin kuat dengan berbagai senjata canggih membuat bangsa dikawasan dunia merasa inferior saat berhadapan dengan bangsa super power, tetapi bangsa Amerika Serikat dengan segudang kekuatan yang dimilikinya, tentu bukan berarti tidak dapat ditaklukkan oleh kekuatan lain. Mengingat bangsa Amerika Serikat juga mempunyai kelemahan yang signifikan dalam diri bangsa tersebut.

Pandangan guru besar Ibn Khaldun tentang sebuah negara. Bahwa tidak ada sebuah bangsa yang abadi dialam semesta ini. Sehingga Amerika Serikat sebagai bangsa super power sekalipun, tentu mempunyai titik lemah dalam menghadapi berbagai gejolak sebuah pertarungan diberbagai wilayah kehidupan sebuah bangsa.

Ketakutan Amerika Serikat tak lepas dari sebuah gerakan Islam tradisional dikala menuntut sebuah perubahan diberbagai bidang. Mengingat Islam tradisional merupakan sebuah gagasan yang sudah teruji dalam melakukan berbagai pemikiran dalam membangun sebuah konsolidasi kekuatan secara utuh.

Islam tradisional merupakan sebuah gagasan penolakan ekspansi sepihak dari bangsa super power yang telah nyata merugikan kepentingan masyarakat secara luas. Sehingga Islam tradisional berusaha keras melawan segala bentuk monopoli sepihak yang dilancarkan bangsa Amerika Serikat dengan istilah kapitalisme global.

Pada saat Islam tradisional sudah meranah tidak hanya sebatas dari sebuah bentuk gagasan. Namun sudah masuk dalam ranah realita, tentu sangat membahayakan bagi bangsa Amerika Serikat, apabila gerakan pemikiran Islam tradisional sudah mengarah pada sebuah bentuk aksi, tentu dapat menghancurkan ekonomi bangsa Amerika Serikat dan merembet keberbagai bidang lainnya.

Nah! kalau bangsa Amerika Serikat telah mengalami kehancuran dari sendi ekonomi, pada saat masyarakat Islam tradisional menutup segala bentuk impor maupun ekspor, tentu membuat kekacauan dalam diri bangsa Amerika Serikat yang populer dengan sebutan sebuah negara super power.

Masyarakat Islam tradisional sebagai bangsa dengan memiliki berbagai sumber pangan maupun berbagai sumber lainnya, tentu sangat membahayakan dikala masyarakat Islam tradisional memutuskan hubungan diplomatik dengan negara Amerika Serikat. Mengingat bangsa Amerika Serikat sangat menggantungkan diri dari masyarakat Islam tradisional sebagai pemilik kebutuhan pangan maupun kebutuhan lainnya.

Keberadaan masyarakat Islam tradisional sebagai masyarakat pribumi dengan segudang pangan yang dimilikinya, tentu sangat membahayakan bangsa Amerika Serikat disaat masyarakat Islam tradisional sudah tidak mau menjual limpahan sumber daya alam yang dimilikinya. Karena disaat masyarakat pribumi sudah tidak mau menjual barang pada Amerika Serikat, berarti bangsa Amerika Serikat mengalami kekacauan dari berbagai sumber kekuatan bangsa tersebut.

Melihat dari tulisan sederhana diatas. Bahwa ketakutan Amerika Serikat terhadap Islam tradisional bukan hisapan jempol belaka. Mengingat Islam tradisional merupakan sebuah bangunan masyarakat yang menentang sebuah monopoli sepihak dari bangsa Amerika Serikat dalam mengambil berbagai kebijakan.

Nah! kalau paradigma pemikiran Islam tradisional dalam menggagas tentang ekonomi pangan sudah mampu bergerak secara kaffah, tanpa melibatkan campur tangan Amerika Serikat, begitu juga dari berbagai masalah tentang kekayaan tambang sudah tidak mau diajak kompromi lagi. Mengingat bangsa Amerika Serikat hanya mengambil keuntungan secara sepihak, tentu membuat regresi yang sangat membahayakan bagi keberlangsungan bangsa Amerika Serikat sebagai negara adidaya diberbagai kawasan dibelahan bumi. Maka semua tinggal menunggu sebuah bentuk destruktif bagi bangsa Amerika Serikat dalam kancah politik Internasional.

Semoga Allah SWT memberi petunjuk kepada para pembaca tulisan sederhana ini, Amiin........

Gus Dur dan Wali Songo


By: Khoirul Taqwim

Wali Songo merupakan manusia linuwih dengan segala kamampuan yang dimilikinya penuh dengan karomah yang sungguh menakjubkan. Sehingga keberadaan Wali Songo di Nusantara, khususnya ditanah Jawa sangat urgen bagi perjalanan sejarah panjang datangnya agama Islam. Mengingat Wali Songo sebagai penyebar agama Islam di Nusantara, khususnya ditanah Jawa pada zaman kepengker.

Zaman kepengker (zaman klasik) Wali Songo berperan sebagai penyebar agama Islam di Nusantara, khususnya ditanah Jawa dalam memberikan berbagai ilmu batin maupun zahir ditengah-tengah realita kehidupan masyarakat. Sehingga Wali Songo dikenal masyarakat sebagai guru agama dalam mengajarkan beragam perilaku yang sesuai dengan nilai-nilai ke-Islaman.

Keberadaan Wali Songo bah legenda besar ditanah Jawa dengan segudang pemikirannya, untuk menyebarkan ajaran Islam sesuai dengan kepribadian dan karakter masyarakat setempat, dengan tetap mengedepankan Al-Qur'an dan Hadits sebagai rujukan dalam mencari kebenaran sejati.

Sopan santun dalam berdakwah Wali Songo sangat menyentuh realita kehidupan masyarakat. Sehingga tak jarang Wali Songo mendapatkan sambutan hangat dari masyarakat setempat, pada saat menyebarkan ajaran Islam ditengah-tengah keberagaman masyarakat.

Dakwah bilhal dan dakwah bilmal merupakan senjata ampuh Wali Songo dalam memberikan suri tauladan kepada khalayak umum, untuk terus melakukan perbuatan baik ditengah-tengah realita kehidupan. Sehingga dalam kehidupan masyarakat terpupuk kesadaran tinggi tentang akhlakul karimah yang berpangkal pada kearifan lokal, dan bertumpu pada nilai-nilai ke-Islaman.

Wali Songo dalam berdakwah (menyeru kebaikan) sudah tidak diragukan lagi kemampuannya dalam syiar Islam diseluruh Nusantara, khususnya ditanah Jawa dalam melakukan syiar Islam yang penuh sopan santun tinggi, dan tegas dalam melakukan aktivitas dakwah, untuk menyebarkan kalimat tayibah ditengah-tengah realita kehidupan.

Sedangkan Gus Dur merupakan pemuka agama dengan sebutan "Kyai", Gus Dur dianggap sebagai manusia linuwih diatas rata-rata kemampuan manusia pada umumnya, bagaimana tidak? Gus Dur mampu melihat peta bangsa dengan penuh kejeniusan yang sungguh menakjubkan, ditambah lagi budi pekerti dan ketulusan Gus Dur dalam memperjuangan tentang makna kearifan lokal yang bertumpu pada nilai-nilai ke-Islaman, dengan penuh kegigihan dalam melakukan bentuk perjuangan. Sehingga Gus Dur sangat wajar dijadikan pemimpin bangsa dengan jabatan sebagai presiden negara. Mengingat jasa besar Gus Dur sebagai guru bangsa yang telah memberikan suri tauladan ditengah-tengah realita keberagaman hidup dinegeri Nusantara.

Gus Dur sosok pertama dari kaum Kyai yang pernah menjabat kepala negara dinegeri Indonesia. Mengingat sebelum Gus Dur menjadi presiden belum ada kaum Kyai yang mampu menduduki jabatan sebagai kepala negara. Sehingga nama Gus Dur dengan segudang paradigma pemikirannya mampu memberikan pencerahan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.

Gus Dur dan Wali Songo merupakan tokoh besar umat muslim diseluruh Nusantara, khususnya ditanah Jawa.sebagai peletak dasar pemikiran tentang ke-Islaman, untuk terus melakukan sebuah rekonstruksi ditengah-tengah realita kehidupan, agar sebuah bangsa mampu berdiri tegak dengan karakter, watak dan kepribadian masyarakat setempat dalam menerjemahkan disetiap permasalahan tentang hidup berbangsa dan bernegara.

Nama Gus Dur dan wali Songo tidak pernah mati ditelan zaman. Mengingat jasa dan keberanian beliau dalam melakukan sebuah perjuangan, untuk terus membangun masyarakat ditengah-tengah keberagaman, tetapi perjuangan Gus Dur dan wali Songo dalam memperjuangkan ditengah-tengah realita kehidupan tak lepas dari kearifan lokal yang bertumpu pada nilai-nilai ke-Islaman.

Sosok Gus Dur dan Wali Song sampai akhir hayatnya akan menjadi inspirasi jutaan umat manusia, untuk terus melakukan perjuangan atas nama kemanusiaan, dan bersumber pada ajaran agama Islam sebagai agama kebenaran ditengah-tengah realita kehidupan.

Makam Gus Dur dan wali Songo sampai saat ini, tidak pernah sepi dari para peziarah. Bahkan makam Gus Dur dan Wali Songo .menjelma menjadi wisata religi, karena para peziarah masih mengingat segar jasa besar Gus Dur dan Wali Songo dalam menegakkan panji-panji kebenaran.

Semoga Allah SWT selalu memberi limpahan rahmat dan berkah kepada kita semua, Amiin.....

Bahaya Liberalisme Dalam Bangunan Masyarakat Islam


By: Khoirul Taqwim

Membangun masyarakat Islam membutuhkan sebuah paradigma antara kepentingan individu dan sosial, agar dapat berjalan seimbang dalam tatanan bangunan masyarakat. Sedangkan liberalisme lebih condong dalam gagasan individual, tetapi cenderung menegasikan dalam aspek sosial. Berangkat dari sinilah akan megakibatkan sebuah kerancuan dalam bangunan masyarakat. Sebab antara individu dan sosial harus sejalan dalam mengemban tanggung jawab sebagai insan manusia dalam membangun sebuah tatanan yang lebih cerdas dan bermartabat.

Paradigma liberalisme merupakan sebuah gagasan dengan corak pandang kebebasan individu dalam membangun sebuah tatanan masyarakat, padahal dalam membangun masyarakat sudah semestinya tidak menegasikan dalam aspek sosial. Berangkat dari sinilah paradigma liberalisme sebatas kebebasan individu, tetapi cenderung mengabaikan kebebasan sosial dalam tatanan masyarakat secara kaffah.

Keberadaan liberalisme sering berseberangan dengan aspek sosial. Sebab liberalisme cenderung mengarah kebebasan individu, tetapi menegasikan kebebasan sosial secara kaffah. Sehingga gagasan liberalisme dalam membangun masyakat sangatlah tidak tepat, apalagi kebebasan liberalisme terjebak pada individu dan kelompoknya. Inilah sebab akibat dari gagasan liberalisme yang cenderung mengarah kebobrokan dalam sistem masyarakat secara universal.

Konsep liberalisme selalu menggaungkan sebuah istilah kebebasan, tetapi kebebasan yang di gagas liberalisme mengarah pada kebebasan secara sempit. Sebab ketika datang sebuah gagasan selain liberalisme. Maka dengan segala cara liberalisme membendung gagasan dari luar dirinya. Berangkat dari sinilah kebebasan liberalisme merupakan sebuah gagasan dalam makna sempit, tetapi tidak secara kolektif dalam membangun sebuah bangunan antara individu dan sosial.

Bahaya liberalisme dalam bangunan masyarakat dapat dirasakan masyarakat pada saat terjadi sebuah konfliks antara individu dengan individu lain. Sebab sebuah kebebasan tanpa dilandasi tenggang rasa yang tinggi dan sebuah kesadaran sosial, tentu akan menghasilkan sebuah kerancuan dalam bangunan masyarakat.

Membangun masyarakat Islam dibutuhkan sebuah tindakan yang tepat, agar terjadi sebuah keseimbangan, tetapi kalau kebebasan liberal cenderung mengarah pada kebebasan individu belaka, tentu dalam dataran sosial telah mengalami kerancuan. Sebab dalam membangun sebuah tatanan masyarakat harus didasari semangat tenggang rasa, bukan hanya sebatas atas nama kebebasan.

Ketika liberalisme masuk dalam wilayah ekonomi, tentu akan terjadi sebuah eksploitasi secara Besar-besaran dari satu pihak, tetapi merugikan dari berbagai pihak. Berangkat dari sinilah akan terjadi sebuah sistem kapitalisme dalam membangun sebuah kehidupan masyarakat

Sistem kapitalisme merupakan bagian dari Nilai-nilai liberalisme. Sehingga kalau liberalisme sudah masuk dalam ranah ekonomi masyarakat, berarti ekonomi masyarakat telah di kuasai segelintir kelompok. Inilah bahaya liberalisme dalam wilayah ekonomi masyarakat secara universal.

Gagasan liberalisme membahayakan tidak sebatas masalah ekonomi. Namun lebih jauh lagi membahayakan segala aktivitas masyarakat, baik masalah budaya, pendidikan dan masih banyak lagi. Sebab gagasan liberalisme tak lepas dari bangsa barat sebagai pelopor tentang idiologi liberalisme. Sehingga antara bangsa barat dengan liberalisme tidak dapat dipisahkan antara yang satu dengan yang lainnya. Sebab dalam artian antara penggagas dan yang di gagas saling berkesinambungan dalam makna liberalisme.

Barat dan liberalisme merupakan dua hal yang saling berkesinambungan. Sebab liberalisme muncul dari ranah bangsa barat dalam menggagas segala aspek kehidupan. Sehingga menghasilkan sebuah paradigma dalam idiologi liberalisme dalam tatanan masyarakat barat, tetapi ketika liberalisme masuk dalam wilayah Islam, tentu akan sangat membahayakan dalam segala aspek kehidupan masyarakat. Sebab masyarakat Islam sudah mempunyai paradigma dan budaya sendiri dalam membangun masyarakat secara kaffah.

Lebih jauh lagi, ternyata liberalisme telah masuk dalam wilayah agama. Sehingga dapat ditebak tentang liberalisme masuk dalam wilayah agama. Maka sebuah kenyataan pahit akan terjadi dalam sebuah gagasan tentang agama yang cenderung mengedepankan aspek individu dan menegasikan aspek sosial. Berangkat dari sinilah bangunan agama dalam kehidupan masyarakat akan terjadi sebuah kerancuan antara teks dan konteks.

Paling berbahaya lagi, ketika liberalisme berubah wajah dengan istilah Islam liberal. Sebab di saat liberalisme masuk dalam ranah agama Islam, tentu akan terjadi sebuah tafsir yang mengedepankan akal secara berlebihan. Sehingga menghasilkan sebuah hipotesis antara teks dan konteks tidak sejalan. Mengingat Islam liberal cenderung mengarah pada aspek kontekstual di banding aspek tekstual.

Keberadaan Islam merupakan agama fitrah. Ketika disandingkan dengan kebebasan individu secara berlebihan, tentu akan mempersempit makna Islam itu sendiri. Sebab Islam merupakan pengejawantahan antara aspek sosial dan individu secara utuh, tetapi tidak secara parsial dalam menerjemahkan sebuah persoalan masyarakat.

Paradigma liberalisme yang mengedepankan kebebasan individu, tetapi melupakan kebebasan sosial, tentu akan menghasilkan sebuah kerancuan dalam bangunan masyarakat. Berangkat dari sinilah sudah semestinya gagasan liberalisme merupakan sebuah ide yang tidak menyentuh secara utuh antara kepentingan individu dengan kepentingan sosial, tetapi Islam sangat utuh dalam menggambarkan masyarakat secara kaffah.

Bahaya liberalisme dalam bangunan masyarakat Islam, ternyata dapat mengakibatkan sebuah kerancuan dalam tatanan kehidupan secara universal. Mengingat liberalisme merupakan paham kebebasan yang condong terhadap konteks individu, tetapi melupakan antara teks dan konteks secara individu maupun sosial dalam membangun berbagai aspek kehidupan. Dan Allah pembantu kaum muslimin. Cukuplah Dia bagi kami dan begitu besar bantuan-NYA.

Perjuangan Islam di Nusantara


By: Khoirul Taqwim

Islam mengajarkan beragam Norma-norma kebajikan dalam kehidupan ditengah-tengah masyarakat. Sehingga wajar Islam dijadikan sebuah gagasan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara dalam melakukan berbagai kajian tentang sebuah Nilai-nilai moral, ekonomi, plitik, sosial, budaya dan berbagai Nilai-nilai lainnya.

Keberadaan Islam di nusantara sudah membumi ditengah-tengah kehidupan. Bahkan Islam telah menjadi sumber kehidupan dalam keseharian masyarakat secara luas. Mengingat Islam merupakan sebuah agama yang membawa rahmat bagi seluruh alam semesta. Sehingga Islam dapat tumbuh berkembang pesat dinusantara dalam mengembangkan beragam gagasan tentang sebuah peradaban maupun kebudayaan.

Perjuangan Islam di nusantara merupakan sebuah realita yang tak dapat dipungkiri. Mengingat perkembangan Islam dikawasan nusantara mempunyai sejarah besar bagi perkembangan Negara-negara di nusantara saat ini.

Kawasan nusantara pada zaman dahulu kala terdapat beragam negara yang berbentuk sebuah kerajaan diberbagai belahan bumi nusantara. Kerajaan Islam yang terkenal adalah: kerajaan Demak Bintoro, Samudra Pasai dan lain sebagainya, tetapi dalam perjalanan bangsa nusantara sejak bangsa eropa masuk kewilayah nusantara, dan melakukan sebuah tindakan Kesewenang-wenangan terhadap bangsa nusantara. Sehingga mengakibatkan kesengsaraan dibumi nusantara pada era penjajahan bangsa eropa.

Setelah perjalanan begitu panjang dalam catatan sejarah, ternyata bangsa nusantara mulai mampu melepaskan diri dari penjajahan bangsa eropa. Berangkat dari sinilah bahwasannya kawasan nusantara dengan sejumlah negara yang terdapat didaratan nusantara, telah memulai membangun jati diri dalam membangun sebuah bangsa yang besar, dan mulai membangun berbagai aspek kehidupan ditengah-tengah masyarakat secara luas.

Sejak kemerdekaan sejumlah bangsa dikawasan nusantara, Islam sebagai agama terbesar dikawasan nusantara mulai melakukan sebuah perjuangan disegala aspek kehidupan Bahkan tidak hanya berkutat masalah keagamaan, tetapi perjuangan Islam di nusantara sudah mulai menampakkan diri secara nyata dalam membangun sebuah peradaban, melalui pendidikan sebagai jalan membangun sumber daya manusia yang handal ditengah-tengah kehidupan masyarakat.

Perjuangan Islam dikawasan nusantara merupakan sebuah realita yang mempunyai sebuah nilai catatan penting bagi kejayaan Islam di bumi nusantara, agar Islam terus mampu bangkit sebagai wadah menuju perbaikan disegala aspek kehidupan.

Sejarah besar Islam dikawasan nusantara sudah tetulis sejak masa kedatangan Islam dikawasan nusantara. Sehingga keberadaan Islam saat ini sebagai jalan meneruskan sebuah perjuangan yang telah tertulis melalui tinta emas dalam membangun kejayaan Islam.

Kawasan nusantara sebagai tempat yang populer dengan kekayaan alam. Sehingga kawasan nusantara dapat dijadikan sebuah bumi percontohan di dunia dalam membangun sebuah sumber daya alam yang kaya raya. Mengingat bumi nusantara begitu kaya raya dibanding Negara-negara lain didunia.

Perjuangan Islam membutuhkan semangat pantang menyerah dalam menegakkan Panji-panji Islam dalam membangun sebuah peradaban yang bebasis kemajuan, tetapi tidak melupakan akar budaya nusantara sebagai salah satu kearifan lokal dibumi nusantara.

Keberadaan Islam dikawasan nusantara sudah teruji dari Berabad-abad masa silam. Bahkan hingga saat ini, Islam masih berdiri tegak dibumi nusantara sebagai agama mayoritas dikawasan nusantara, tentu semua berkat dari sebuah kerja keras para pendahulu dalam menegakkan Islam sebagai agama kebenaran didada masyarakat dikawasan nusantara.

Tonggak keberhasilan perjuangan Islam di nusantara didasari semangat keikhlasan dalam mewujudkan kebersamaan dan kesetaraan ditengah-tengah kehidupan masyarakat secara luas. Sehingga masyarakat dibumi nusantara tertata rapi dalam membangun sebuah peradaban dan kebudayaan yang lebih mengedepankan atas nama persamaan dan kemanusiaan.

Perjuangan Islam dibumi nusantara memang membutuhkan sebuah proses yang panjang, apalagi badai rintangan selalu menghadang ditengah-tengah sebuah perjuangan, Sehingga kesabaran dalam berjuang merupakan spirit besar bagi para pejuang Islam dikawasan nusantara, dan dibelahan dunia pada umumnya. Semoga Allah SWT memberi rahmat dan berkah kepada para pejuang Islam dikawasan nusantara, Amiin........

Islam Dalam Kubangan Golongan


By: Khoirul Taqwim

Ketika membicarakan Islam seolah-olah pikiran umat Islam dibawa dari zaman Nabi sampai zaman kontemporer, namun ada pembeda di saat zaman Nabi Muhammad, bahwa Islam masih manunggal dalam ajaran kenabian, namun dengan perkembangan zaman ajaran Islam mulai bercampur dari Sahabat Nabi sampai para pemuka agama. Sehingga memunculkan fenomena ajaran Islam tidak lagi manunggal, tetapi menjadi beragam ajaran Islam, mulai dari syari'at sampai ajaran aqidah mengalami reduksi dari zaman Nabi menuju zaman berikutnya.

Islam mulai mengalami perpecahan sejak zaman Khalifah Ali bin Abi Thalib, Dari sinilah Islam menjadi tiga golongan, pertama golongan Syi'ah yaitu: mereka yang menyatakan bahwa Ali bin Abi Thalib adalah yang paling utama di antara para sahabat dan yang berhak untuk memegang tampuk kepemimpinan atas kaum Muslimin, begitu juga anak cucunya berhak menjadi pemimpin umat Islam dalam bentuk kekhalifahan.

Golongan kedua yaitu: Murji'ah merupakan sebuah golongan Islam yang muncul dari golongan yang tak sepaham dengan Khawarij. Paradigma pemikiran Murji'ah dengan pemahaman tentang keimanan yang cukup hanya dalam hati, dan golongan Murji'ah tak mengkafirkan seorang Muslim yang berdosa besar, sebab yang berhak menjatuhkan hukuman terhadap seorang pelaku dosa hanyalah Allah SWT, sehingga seorang Muslim, sekalipun berdosa besar, dalam kelompok ini tetap diakui sebagai Muslim dan punya harapan untuk bertaubat.

Golongan ketiga Khawarij dalam istilah ilmu kalam merupakan suatu golongan pengikut Ali bin Abi Thalib yang keluar dan meninggalkan barisan, karena ketidaksepakatan terhadap keputusan Ali yang menerima arbitrase (tahkim), dalam perang Shiffin pada tahun 37/648 Masehi dengan kelompok Muawiyah bin Abu Sufyan dalam permasalahan persengketaan kekhalifahan. Sehingga golongan ini keluar dari golongan Ali bin Abi Thalib dan membuat golongan sendiri dalam percaturan politik maupun dalam pemahaman ajaran agama Islam.

Dari ketiga golongan inilah yang ikut andil besar Islam menjadi beragam golongan. Karena setelah ketiga golongan di atas Islam menjadi beragam golongan, mulai dari Qodariah, Jabariyah, Sunni, Mu'tazilah, Wahabi dan masih banyak lagi golongan Islam yang lainnya.

Perkembangan golongan Islam sejak zaman Sahabat Nabi sampai era masa kini, ternyata Islam menuju kubangan yang sangat dalam. Sehingga memunculkan gesekan yang tidak hanya dalam masalah pola pikir, tetapi lebih jauh lagi mengarah gesekan yang bersifat aksi kekerasan. 

Kalau masalah pola pkir kita sering mendengar pertarungan Islam yang mengatasnamakan diri Islam liberal dengan pertarungan melawan Islam Khilafah, begitu juga Islam tradisional yang dengan gigih melawan penghakiman-penghakiman dari Islam khilafah maupun Islam liberal. Sehingga adu olah pikir baik melalui diskusi maupun melalui dunia tulis menulis tak terhindarkan dengan beragam argumen yang menjadi alat untuk menguatkan argumen masing-masing golongan.

Sedangakan kalau melihat peta golongan Islam di dunia, ternyata umat Islam dihadapkan tidak hanya permasalahan berkutat pada pola pikir, namun golongan Islam sudah masuk dalam kubangan kekerasan, baik di Suriah, Irak, Mesir, Libya, Yaman, Afghanistan, dan masih banyak lagi negara yang dihuni sebagian besar umat Islam masuk dalam kubangan golongan, dan yang populer dengan istilah golongan Sunni, Wahabi dan Syiah. Ketiga golongan inilah yang memberi warna dalam percaturan politik, sosial, budaya, yang semuanya tak lepas dikaitkan dengan ajaran Islam golongan masing-masing dalam pemahaman ajaran ke-Islaman.

Islam dalam kubangan golongan sejak zaman Sahabat Nabi sampai masa kini merupakan keperihatinan yang sangat mendalam bagi umat Islam di dunia. Karena Islam yang ajarannya menonjolkan cinta damai, seakan-akan berubah menjadi aksi kekerasan dalam pertarungan antar golongan sesama umat Islam.

Semoga Allah SWT melindungi kami umat Islam dari kejahatan jiwa maupun kejahatan raga, Amin.......................

Ateis Dalam Pandangan Islam


By: Khoirul Taqwim

Tak sedkit para pemikir Ilmu yang mengedepankan cara pandang melalui rasionalitas menganggap bahwa agama itu candu, bahkan menganggap Tuhan itu sudah mati. Sehingga memunculkan gagasan ateis atau disebut dengan istilah orang yang tidak percaya akan adanya Tuhan. Berangkat dari sinilah dibutuhkan analisa yang tajam tentang keberadaan Tuhan dalam pandangan ateis maupun dalam pandangan Islam.

Bagi orang yang beriman tentunya mempercayai keberadaan Tuhan itu ada, tetapi bagi orang ateis menganggap Tuhan hanya sebatas bualan belaka. Bahkan lebih jauh lagi kitab-kitab suci dianggap hanya sebatas dongeng semata.

Ajaran ateis mengedepankan rasionalitas yang cenderung mengarah untuk menegasikan sebuah logika jiwa. Sehingga mereka para pengagum ateis lebih berkutat kepada logika akal dengan menegasikan logika jiwa. Sehingga paradigma kaum ateis lebih cenderung menonjolkan akal belaka, padahal akal terkadang tertipu hanya sebatas dalam indera penglihatan semata, tetapi tidak mampu melihat misteri dibalik suatu kondisi yang lebih rumit, sedangkan keberadaan logika akal tak jarang belum mampu menembusnya.

Kaum ateis menganggap alam semesta hanya sebatas hasil evolusi belaka, begitu juga manusia lahir dari hasil evolusi semata, bahkan lebih jauh lagi agama samawi tak lepas dari hasil evolusi kepercayaan sederhana yaitu: hasil dari evolusi kepercayaan totemisme, animisme dan dinamisme. Sehingga keyakinan tentang adanya sang maha pencipta tak lepas dari hasil evolusi keyakinan sederhana lalu menuju hasil agama samawi.

Melihat realitas tentang adanya pemahaman ateis yang mulai merasuki paradigma pemikiran para pelajar, baik pelajar dari barat maupun para pelajar dari timur, tentunya menjadi permasalahan besar bagi lembaga pendidikan dari pendidikan dasar sampai pendidikan tinggi, untuk terus berupaya memberikan pemahaman secara gamblang dan jujur, untuk memilah antara logika akal dengan logika jiwa, supaya dua logika ini tidak saling tumpang tindih.

Ketika logika akal cenderung berlebihan dalam memberikan penjelasan tentang permasalahan kehidupan, tentunya yang ada nantinya akan memunculkan sebuah paradigma pemikiran ateis. Karena keyakinan dalam beragama dikupas melalui logika akal semata, tanpa melihat logika jiwa. Begitu juga kalau lebih mengedepankan logika jiwa sehingga akan memunculkan pola pikir mitologi yang berlebihan. Sehingga segala permasalahan dikaitkan dengan logika jiwa, tanpa melihat logika olah akal.

Berangkat dari pemahaman diatas Islam mengajarkan suatu olah pikir yang mengambil jalan tengah, bahwa antara logika akal dengan logika jiwa sudah seharusnya saling mengisi antara satu sama lain, tentunya untuk menguatkan keimanan bagi umat Islam, bukan malah mengambil satu sisi dan berakibat melemahkan keimanan.

Islam jelas mengajarkan bagi umat Islam untuk mngimani adanya Allah. Bahkan seseorang tidak dikatakan beriman hingga dia mengimani adanya Allah. Mengimani rububiah Allah, bahwa tidak ada yang mencipta, menguasai, dan mengatur alam semesta kecuali Allah. 

Islam juga mengajarkan untuk mengimani uluhiah Allah, bahwa tidak ada sembahan yang berhak disembah selain Allah dan mengingkari semua sembahan selain Allah.

Islam juga mengajarkan untuk mengimani kepada kitab-kitab Allah, bahwa seluruh kitab Allah adalah firman-Nya dan bukanlah ciptaanNya. 

Islam juga mengajarkan untuk mengimani kepada para rasul Allah, bahwa ada di antara laki-laki dari kalangan manusia yang Allah Ta’ala pilih sebagai perantara antara diri-Nya dengan para makhluknya. Akan tetapi mereka semua tetaplah merupakan manusia biasa yang sama sekali tidak mempunyai sifat-sifat dan hak-hak ketuhanan, 

Islam juga mengajarkan untuk mengimani kepada hari akhir, dan pada substansinya Islam mengajarkan rukun Iman yang terdiri dari: Beriman kepada Allah, beriman kepada malaikat Allah, beriman kepada Kitab-kitab Allah, beriman kepada Para Nabi dan Rasul Allah, beriman kepada hari kiamat,  beriman kepada Qada dan Qadar.

Kembali kepada gagasan ateis yang tidak mempercayai akan adanya Tuhan, berarti ateis sama dengan mengingkari keberadaan rukun iman. Sehingga ateis sangat tidak sejalan dengan ajaran Islam yang mempercayai adanya rukun iman.

Berangkat dari argumen diatas berarti ajaran ateis sangat bertentangan dengan ajaran Islam, apalagi Islam mengajarkan Tauhid Uluhiyyah yaitu: mentauhidkan Allah dalam segala bentuk peribadahan baik yang zhahir maupun yang batin, begitu juga Islam mengajarkan bentuk Tauhid Rububiyyah yaitu: mentauhidkan Allah dalam kejadian-kejadian yang hanya bisa dilakukan oleh Allah, serta menyatakan dengan tegas bahwa Allah Ta’ala adalah Rabb dan Pencipta semua makhluk, dan Allahlah yang mengatur dan mengubah keadaan manusia maupun keadaan alam semesta.

Semoga Allah memberi petunjuk dan jalan kebaikan bagi mereka yang mau memahami makna keimanan yang tersurat maupun yang tersirat, Amin........

Menentukan Jenis Kelamin HAM ala Islam Tradisional


By: Khoirul Taqwim

Jenis kelamin HAM yang ada di Indonesia masih bersifat abu-abu, padahal sudah semestinya HAM berpihak pada kearifan lokal, dan menjunjung tinggi falsafah tepa selira, bukan kebebasan dan keterbukaan yang berpangkal pada westernisasi.

HAM di Indonesia tak jarang menjadi alat westernisasi. Sehingga banyak kebijakan para pengiat HAM yang lebih membela rok mini, dari pada menegakkan nilai-nilai sopan santun ditengah-tengah kehidupan masyarakat.

Nah! kalau HAM di Indonesia sudah berbentuk westernisasi, berarti HAM di Indonesia telah menjadi propaganda para penggiat westernisasi dalam menegakkan nilai-nilai yang diusung dari bangsa barat. Mengingat nilai-nilai bangsa barat tak jarang bertentangan dengan nilai-nilai kearifan lokal.

Keberadaan HAM di Indonesia bagai buah simalakama, bagaimana tidak? HAM terlihat indah dibagian luarnya, tetapi sangat menusuk dibagian dalamnya, tentu ini merupakan sebuah fakta yang tak dapat dipungkiri atas nama HAM yang ada dinegeri Indonesia.

Berbagai gagasaan HAM memang terasa indah, apabila tidak bisa membedakan antara falsafah tepa selira dengan falsafah liberalisme ala barat. Karena HAM tak jarang berlindung atas nama liberalisme, padahal liberalisme yang dibangun dalam paradigma HAM bersifat westernisasi, tetapi bukan falsafah tentang sopan santun dalam kehidupan ditengah-tengah masyarakat.

Menentukan jenis kelamin HAM di Indonesia, sudah semestinya menggali dari falsafah nilai-nilai kearifan lokal, dan berpangkal pada nilai-nilai agama Islam, agar terjadi sebuah sinergi yang kuat dalam kehidupan masyarakat. Mengingat kearifan lokal merupakan kepribadian dan watak masyarakat, sedangkan nilai-nilai ke-Islaman merupakan ajaran agung dalam menentukan arah kebenaran dalam kehidupan didunia maupun diakhirat.

Islam tradisional merupakan sebuah gagasan dalam menggali kearifan lokal yang bertumpu pada nilai-nilai ke-Islaman. Sehingga Islam tradisional terus berupaya memberikan sebuah pandangan tentang berbagai fenomena klasik sampai fenomena kontemporer yang terjadi di dalam kehidupan masyarakat secara luas.

Semoga Allah SWT selalu memberi pencerahan kepada para pembaca tulisan singat ini, Amiin.......

Kapitalisme Dalam Perspektif Islam


By: Khoirul Taqwim

Kapitalisme merupakan bentuk ekonomi dengan menekankan kebebasan individu dalam mengeruk sebuah keuntungan. Namun dalam perjalanan kapitalisme cenderung mengarah kebebasan tanpa melihat sisi dalam kehidupan masyarakat secara luas. Karena cenderung mengarah dalam bentuk pasar bebas. Sehingga dalam kehidupan masyarakat miskin telah di jadikan obyek pasar. Sebab sebuah ekonomi dalam bentuk kapitalisme telah di kuasai segelintir para kaum kapital dalam mengeksploitasi berbagai sumber ekonomi.

Keberadaan kapitalisme memang menjadi buah simalakama bagi masyarakat miskin. Sebab pasar telah di kuasai segelintir masyarakat dan tentu yang menguasai ekonomi pasar adalah para pemilik modal. Sedangkan masyarakat yang mengandalkan tenaga dalam bekerja, ternyata nasib mereka sangat jauh dari sebuah kesejahteraan. Sebab ekonomi mereka sudah menggantungkan diri terhadap para pemilik kapital. Karena pasar telah di kuasai para kapital dengan begitu perkasa dalam sebuah bangunan ekonomi.

Sebuah kapitalisme dalam kehidupan masyarakat telah terjadi sebuah pasar ekonomi yang sangat merugikan bagi masyarakat miskin. Sebab kompetisi dalam dunia ekonomi telah di kuasai oleh para pemilik kapital, padahal sudah seharusnya antara pemilik kapital dengan masyarakat pekerja harus saling berkesinambungan satu sama lain, agar terjadi sebuah fakta di lapangan secara saling melengkapi antara satu dengan yang lainnya.

Perjalanan kapitalisme dalam kehidupan masyarakat modern telah mempengaruhi sebuah realita kehidupan masyarakat, bahwa bentuk pasar bebas telah di kuasai para pemilik kapital. Sehingga menghasilkan sebuah nilai dengan istilah yang tak asing lagi di dengar, yaitu: yang kaya semakin kaya, sedangkan yang miskin semakin miskin, tentu di karenakan kapitalisme telah merusak Sendi-sendi sistem ekonomi dalam kehidupan masyarakat. Sebab ekonomi hanya di kuasai segelintir orang dan para pemilik kapitallah yang menguasainya.

Sedangkan dalam ajaran Islam telah mengajarkan sebuah hubungan yang sehat, tentu tidak sebatas dengan istilah kebebasan, tetapi lebih mengarah sebuah tatanan yang saling menguntungkan antara yang satu dengan yang lainnya, apalagi dalam konsep ekonomi Islam sangat menentang mencari sebuah harta dengan cara haram, baik melalui proses riba, mencuri, menipu atau dalam bentuk kecurangan lain. Sehingga Islam berusaha menata ekonomi berdasarkan pada Nilai-nilai kemaslahatan dan sehat dalam berekonomi.

Islam sangat menekankan sebuah ekonomi dengan istilah ekonomi yang saling berkesinambungan dan tidak saling merugikan. Sehingga ekonomi Islam bukan hanya sebatas ekonomi dengan sebuah bahasa tentang kebebasan individu maupun sosial dalam membangun sebuah ekonomi., tetapi Islam membangun sebuah ekonomi dalam meraih sebuah kesejahteraan dengan jalan keadilan dan kemaslahatan bagi masyarakat secara universal.

Islam menilai bangunan ekonomi kapitalisme merupakan sebuah bentuk tentang teori ekonomi yang mengarah kepada kebebasan individu. Namun menegasikan sebuah Nilai-nilai ekonomi masyarakat secara universal. Sehingga kapitalisme cenderung mengarah dalam konsep parsial dan tidak menyentuh ekonomi dalam landasan keadilan masyarakat, sebab kapitalisme telah membuat sebuah formulasi tentang kebebasan dalam berkompetisi dengan cara memperkaya diri, tanpa menghiraukan dari sisi kemanusiaan secara luas dalam kehidupan masyarakat.

Berangkat dari uraian di atas, berarti sudah semestinya dalam membangun sebuah bangunan ekonomi yang berdasarkan kepada kesejahteraan masyarakat secara luas, keadilan dan berbagai Nilai-nilai yang bersumber dalam pengejawantahan tentang budi luhur dalam kehidupan masyarakat secara universal. Sedangkan kapitalisme yang terjadi dalam realita kehidupan cenderung mengarah kepada diktator kapital. Sehingga menghasilkan sebuah fakta di lapangan tentang keserakahan para kapital dalam membangun tatanan ekonomi, sebab kapitalisme berpangkal kepada falsafah materialisme dalam menerjemahkan sebuah Nilai-nilai tentang kehidupan. Dan Allah memberi rezeki kepada siapa saja yang di kehendaki-NYA, tanpa sebuah perhitungan.

Desa Melawan Barat


By: Khoirul Taqwim

Mengambil judul desa melawan barat penulis menyadari ini adalah suatu tulisan yang agak terlalu nekat, bagaimana tidak barat adalah sosok raksasa ilmu pengetahuan yang di gandrungi banyak cendekiawan dan para pelajar yang mengedepankan rasionalitas, tetapi saat ini ternyata mau di lawan masyarakat dari desa dengan hanya membawa analisa yang sangat sederhana.

Masyarakat desa sering menjadi kebijakan dari para penggagas liberal barat yang tidak adil dan menjadi penghakiman para pemikir barat yang selalu mengatakan konservatif ( tertutup ), klenik, fanatik buta, fundamentalis tradisi, bahkan lebih ironis lagi masyarakat desa di anggap manusia yang berkepala tidak rasional dan masih banyak lagi anggapan-anggapan miring lainnya, berdasarkan dari beberapa anggapan tadi maka penulis harus berani membantah bahwa itu tidak benar kalau kita mau memahami kehidupan secara universal dan juga memahami ilmu secara menyeluruh, tidak hanya secara sepotong-sepotong dalam menafsiri tentang kehidupan.

Barat sungguh menghebohkan dengan gagasan rasional yang di agungkan sebagai kebenaran absolut dalam menyikapi keberagaman permasalahan sosial, budaya, bahkan agama tak luput dari serangan para pemikir barat, agar di sesuaikan dengan gagasan mereka yang dianggap lebih tepat di banding kehidupan masyarakat desa yang jauh dari kehidupan rasional liberal.

Masuknya paradigma pemikiran barat muncul dari kelompok-kelompok yang mengklaim dirinya sebagai liberal dengan sifat rasional yang di usungnya, sehingga para pemikir barat dan duta-dutanya mempunyai pandangan bahwa segala sesuatu harus di ilmiahkan dan masuk akal tentang kehidupan sosial, budaya, dan agama, tetapi yang menjadi permasalahan mereka tidak menemukan titik terang yang ada dalam kehidupan masyarakat desa dengan kehidupan titen (kebiasaan) dalam menyikapi persoalan, berangkat dari situlah terjadi benturan antara tradisi sehari-hari masyarakat desa dengan pengetahuan liberal barat.

Sebagian para pelajar yang gemar dengan membaca buku-buku pemikiran barat banyak sekali yang terobsesi bahwa barat adalah kebenaran, sedangkan pemikiran selain barat di anggap tidak tepat, karena berangkat dari anggapan itulah mereka selalu menggunakan akal liberal dalam menyikapi permasalahan, walaupun terkadang terkesan di paksakan dalam mengikuti zaman yang terus berubah sesuai dengan pemahaman mereka, sehingga sudah dapat di pastikan dengan semangat rasional yang berlebihan mereka mengusung bahasa penyegaran sosial, budaya, bahkan agama di tafsiri sesuai dengan kepentingan logika mereka tanpa mengetahui gagasan yang berseberangan dan juga tidak melihat fakta di lapangan.

Peristiwa di atas menimbulkan budaya menghujat satu sama lain segera di mulai dengan menyerang pranata sosial yang dianggap kaku dan konservatif, maka mereka berlomba-lomba melakukan gebrakan pemikiran dengan cara pembebasan sosial dalam kehidupan masyarakat desa yang di anggap jauh dari kehidupan rasional liberal, untuk itu mereka mulai bergerilya dengan menyerang karakter budaya kearifan lokal masyarakat desa yang mereka anggap sebagai budaya klenik yang harus di tata sesuai dengan logika barat dan kalau bisa di tiadakan pola kehidupan lokal yang bersifat titen ( kebiasaan) yang jauh dari kehidupan barat yang serba bebas, maka mereka mulai mencari cara mengganti kebiasaan masyarakat desa dengan gagasan liberal yang sesuai dengan akal dan nalarnya.

Lebih parah lagi agama tak luput dari kritik destruktif, sehingga keyakinan yang di anut masyarakat desa harus segera di telanjangi berdasarkan pemikiran liberal mereka, berangkat dari dorongan liberal itulah mereka terus berupaya sebebas-bebasnya melakukan penghakiman masyarakat desa yang di anggap jauh dari sikap para pengusung ide barat dengan liberal dan sejenisnya.

Sasaran utama masyarakat barat adalah para mahasiswa yang berada di campus-campus untuk di ajak kebingkai pemikirannya, agar segala sesuatu di rasionalkan tidak perduli itu masalah surga neraka, bahkan Tuhan sekalipun mereka mencoba mencari lewat akal yang di paksakan, berangkat dari situlah dapat di ketahui hasilnya segala sesuatu apabila di paksakan maka yang ada hanya bersifat destruktif dan tidak mempunyai sifat konstruktif. Sebenarnya kalau pemikirannya untuk diri dan keyakinan yang di jalani tanpa menghakimi yang berbeda, kemungkinan besar tidak akan menjadi masalah publik, tetapi kalau sudah di publikasikan tidak menutup kemungkinan akan terjadi benturan peradaban dan budaya yang tidak dapat di hindarkan.

Pemikiran barat dan duta-dutanya tidak jarang gagasannya selalu mengarah menghujat tentang keberadaan keyakinan masyarakat secara luas, khususnya masyarakat desa yang sering di pandang dengan sebelah mata, berdasarkan dari sikap dan cara pandang itulah yang menimbulkan desa melawan barat.

Desa menolak cara pandang barat yang kaku dan ekstrim dalam menyikapi permasalahan yang cenderung bersifat materialisme yang mengarah imperialisme ekonomi, sosial maupun budaya tak terelakkan, sebab harus di akui manusia tidak hanya bersifat materi jasad, namun materi jiwapun juga ada dalam kehidupan manusia, sehingga semua permasalahan sosial, budaya, bahkan agama tidak semua menggunakan rasionalitas, karena manusia begitu kompleks sesuai dengan alam dan paradigma pemikiran masing-masing dalam memaknai tentang segala persoalan yang muncul.

Catatan yang perlu di ingat buat para pemikir barat dan duta-dutanya, sebenarnya kalau kita mau memahami duduk permasalahan secara bijak dan arif tentang keberadaan masyarakat desa bahwa melihat segala sesuatu tidak harus dengan rasioanal barat, sebab perbedaan alam dan wilayah inilah yang membedakan antara barat dan desa, sehingga budaya liberal yang bersifat menghujat tidak tepat di arahkan dalam kehidupan masyarakat desa.

Kondisi alam membentuk perbedaan cara pandang dan menafsiri kehidupan, sebab masyarakat desa lebih mengangkat dengan bentuk dan karakter tepa selira (tenggang rasa) sebagai salah satu tatanan kehidupan, bukan dengan paradigma pemikiran liberal dan sejenisnya yang cenderung bersifat destruktif apabila di terapkan di tengah-tengah keberadaan masyarakat desa.

Ketukan Ambakan Elmi


Dening: Khoirul Taqwim

Dalem sugeng namung sawates ketukan ambakan
mboten wonten artos, apalagi jarwi
ugi ketukan ambakan menika
dalem badhe dados penentu
Jiwa ugi raga salajengipun

Kaliyan miyosipun bahasa ugi tembung
dalem dados artos ugi jarwi
amargi dalem sugeng kaliyan elmi
kersanipun ambakan menika ical ditelan wanci
sayangipun elmi dalem duduk
badhe lestantun teng alam raya
amargi dalem sugeng lebet naungan elminipun

Sekedhik tembung, apalagi bahasa
ingkang wonten elmi ugi jiwa
ingkang luwe badhe seserepan ingkang wonten
amargi menika yaiku: nawalan ugi takdir Ilahi
mugi-mugi Allah maringi panempuhan kaliyan elmi ingkang dipunkagungananipun
Amin........

Geguritan Mutiara Semangat


Dening: Khoirul Taqwim

Tembung mutiara mbesem semangat
nurani terhentak seketka
senjata dipunasta jagi menghantam
tembe ambisi kemimpangan kabesmi semangat

Reformis ngendika kaliyan lantang
sugeng tertindas utawi seda mengsah
bahkan Jihadis bengok kaliyan kencang
sugeng hina utawi seda syahid

Filosof Nietczhe ngendika
sugeng dipunwucalan priyantun benten utawi seda dipunwucalan piyambak
diseberang Cuba mbengok Chea Guevara
sugeng miskin utawi seda dados martir

Mboten kentun ugi pejuang 45 munapa
sugeng utawi seda
Mutiara bahasa
semangat lebet jiwa nurani manusia

Antara Darah Eropa Dengan Darah Timur Tengah


By: Khoirul Taqwim

Menggelapar senjata api tak mengenal siang maupun malam
Ledakan dari sudut-sudut sepi maupun sudut-sudut keramaian
Pertanda darah mulai berjalan diatas udara basah kematian
Rasa aman sudah menjadi barang mahal bagi kehidupan

Negeri timur tengah
Saat Palestina berlumuran darah
Dunia terasa bungkam
Karena dianggap sebuah kewajaran
Begitu pula saat darah Suriah mengalir dijalanan
Dunia tak ada suara
Begitu juga tak ketinggalan
Saat Irak berlumuran darah
Dunia terasa diam dengan seribu bahasa kata

Booom
Ledakan tiba
Dooor
Rentetan senjata api datang di Negeri Eropa
Perancis berdarah
Dunia seakan mencekam
Dunia seakan bersuara dengan lantang
Mengutuk segala tindakan penyebab darah keluar dari rahim-rahim Eropa
Lalu kemana Dunia?
Saat Irak, Suriah, Palestina dan negeri Timur tengah banjir darah
Dunia seakan diam membisu tanpa sepatah kata

Suriah berdarah itu sudah menjadi hal biasa
Irak berdarah itu sudah menjadi tabiat alam
Palestina berdarah itu sudah tak asing lagi bagi mereka
Namun disaat Perancis berdarah
Keluar ribuan bahasa
Jutaan bahasa keluar dari media-media
Bahkan tak mengenal lintas batas darat, laut, udara mengutuk darah tragedi Perancis
Karena Eropa sudah lama tak melihat sebuah darah

Inilah sajak sederhana
Antara darah Eropa dengan darah Timur tengah
Dalam pusaran kematian dan kehidupan

Islam Tradisional


By: Khoirul Taqwim

Eksistensi Islam tradisional sudah mulai menjadi kajian para pemikir di berbagai bidang ilmu pengetahuan. Bahkan saat ini Islam tradisional sudah mulai menjadi pembicaraan para akademisi dalam menggali tentang khazanah ke-Islaman dengan budaya masyarakat setempat. Sebab Islam dengan budaya merupakan sebuah bangunan yang saling berkesinambungan secara utuh, tanpa terpisah sama sekali dalam kehidupan masyarakat Islam.

Sejak zaman dahulu kala Islam tradisional sering di petakan oleh para ahli dari barat. Bahwa Islam tradisional merupakan sebuah bentuk bangunan konservatif yang tertutup, padahal Islam tradisional bukan masalah tertutup atau terbuka dalam menerjemahkan kehidupan yang serba multi real, tetapi paradigma Islam tradisional cenderung mengarah pada memfilters sebuah budaya asing yang ingin masuk dalam ranah multi real kehidupan masyarakat secara universal.

Paradigma berpikir Islam tradisional dalam membangun tentang dunia ke-Islaman, agar tidak terjadi kebebasan yang dilandasi bukan semangat dari kepribadian masyarakat pribumi. Maka Islam tradisional lebih mengedepankan tentang kebijakan tepa selira dalam membangun falsafah keberagaman ditengah-tengah kehidupan masyarakat secara luas.

Islam tradisional dianggap para pemikir barat sebagai corak pemikiran yang cenderung tertutup dalam pola berpikir, padahal barat sendiri tertutup di saat mendapatkan penjelasan dari paradigma Islam tradisional.

Gagasan para pemikir barat lebih berpikir cenderung menghakimi masyarakat tradisional, dan para pemikir barat menganggap paradigma mereka merupakan sebuah pencerahan, padahal budaya dan kepribadian bangsa barat berbeda jauh dengan masyarakat tradisonal.

Masalah ketertutupan masyarakat tradisional sering disalah artikan oleh para pemikir barat, tentu dengan tujuan membuat sebuah argumen tentang Islam tradisional, agar di pandang sebelah mata oleh para pelajar didalam negeri maupun luar negeri. Sehingga menghasilkan sebuah stigma, bahwa Islam tradisional merupakan ajaran yang lebih mengedepankan kepada ketertutupan secara sempit dalam memberikan kajian tentang ke-Islaman, padahal semua itu tidaklah benar atas tuduhan dari bangsa barat.

Lebih jauh lagi, bangsa barat selalu berusaha membuka masyarakat tradisional dengan cara keterbukaan yang sesuai dengan adat istiadat dalam diri mereka, padahal kalau dilihat secara jernih tentang Islam tradisional. Bahwa keterbukaan dan kebebasan dalam Islam tradisional, tentu sesuai dengan corak pandang masyarakat tradisional sendiri, begitu pula keterbukaan dan kebebasan bangsa barat, tentu tidak lerlepas dari kepribadian bangsa barat sendiri dalam menerjemahkan tentang makna tersebut.

Keberadaan Islam tradisional merupakan sebuah pengejawantahan antara teks dan konteks, agar kedua hal ini dapat terjadi sebuah sinergi yang saling berkaitan secara utuh. Karena Islam tradisonal merupakan wajah ke-Islaman dengan mengambil Nilai-nilai yang terdapat dalam kawasan Nusantara, untuk di gali dalam khazanah ke-Islaman yang lebih membumi dalam kehidupan secara kaffah. Sehingga Islam tradisional mampu memberikan sebuah pemahaman tentang ke-Islaman secara kaffah dalam kehidupan masyarakat secara luas.

Islam tadisional merupakan sebuah gagasan dalam membangun masyarakat pribumi, agar mampu memberikan sebuah pemahaman tentang ke-Islaman antara teks dan konteks, agar dapat sejalan dan beriringan dalam menerjemahkan tentang kehidupan.

Ketika berbicara Islam tradisional dalam corak pandang para pemikir barat, sering menghasilkan sebuah penilaian tentang Islam tradisional secara konservatif ala barat, padahal Islam tradisional merupakan sebuah kearifan lokal dalam mengkaji tentang ke-Islaman.

Gagasan cerdas Islam tradisional merupakan sebuah pengejawantahan tentang nilai luhur masyarakat, agar dapat menyatu secara utuh dalam ajaran dan Nilai-nilai tentang ke-Islaman, supaya menghasilkan sebuah bangunan yang kokoh dalam membangun khazanah Islam di kawasan Nusantara. Semoga Allah selalu memberikan rahmat dan berkah kepada kami, Amiin......

Pendidikan Indonesia Dalam Kubangan Paradigma Bangsa Barat



By: Khoirul Taqwim

Pendidikan Indonesia sejak SD sampai tingkat perguruan tinggi, tak di nyana dan tak di kira dalam keilmuan hampir seratus persen mengadopsi bagian dari paradigma bangsa barat, Bahkan ironis kekayaan pemikiran di kawasan nusantara di telan habis dalam pola pikir bangsa barat. Inilah bentuk keprihatinan terbesar dari kalangan masyarakat yang perduli atas keselamatan dari masyarakat bangsa nusantara dari dogma bangsa barat yang saat ini berkembang pesat dalam dunia pendidikan Indonesia.

Bangsa Indonesia merupakan negara dengan tingkat pendidikan yang masih cenderung mengekor dalam teori berbagai ilmu pengetahuan, bagaimana tidak? pendidikan Indonesia masih mengadopsi sejumlah besar teori tentang paradigma bangsa barat yang tidak sejalan dengan falsafah nusantara. Sehingga wajar banyak para cendekiawan Indonesia yang tegila-gila dengan gagasan bangsa barat, tetapi lupa dengan gagasan teori yang sejalan dengan budaya dalam kehidupan masyarakat secara luas.

Soekarno merupakan tokoh besar dengan gagasan pancasila tak lepas dari menggali kekayaan nusantara, tetapi para cendekiawan Indonesia saat ini cenderung mengadopi paradigma pemikiran bangsa barat, baik berupa teori positivisme, liberalisme, nihilisme, pluralisme, marxisme, kapitalisme, materialisme, dan masih banyak lagi istilah paradigma pemikiran bangsa barat yang tumbuh berkembang di nusantara Indonesia. Namun sayangnya para cendekiawan yang di harapkan mampu mengimbangi paradigma bangsa barat malah terejerat dengan konsep bangsa barat. Sungguh ini merupakan peristiwa yang sangat ironis atas nasib pendidikan di tanah nusantara Indonesia.

Impor pengetahuan bangsa barat merupakan penerapan yang syah dalam memperoleh ilmu pengetahuan, apabila dalam pengejawantahan tak lupa dengan menggali kekayaan masyarakat nusantara itu sendiri dalam mendisplinkan antara ilmu pengetahuan bangsa barat dengan konteks kepentingan masyarakat nusantara, tetapi kalau hanya sebatas mengadopsi dari paradigma pemikiran bangsa barat dan di bawa kewilayah nusantara, berarti tak ada bedanya hanya sebatas memperpanjang kaki tangan idiologi bangsa barat.

Ilmu pengetahuan dengan segudang teori bangsa barat memang begitu sistematis masuk kewilayah pendidikan Indonesia dengan rapi. Sehingga banyak kalangan pelajar yang lupa kacang atas kulitnya, entah ini sebuah tindakan di sengaja bangsa barat atau memang ketidak mampuan para cendekiawan nusantara membendung gagasan bangsa barat.

Paradigma gagasan bangsa barat begitu cerdas membius sebagian besar para pelajar Indonesia, tentu semua tak lepas dari para Duta-duta cendekiawan bangsa barat, baik datang dari para cendekiawan bangsa barat itu sendiri, pada saat masuk kedunia pendidikan Indonesia atau datang dari duta cendekiawan masyarakat pribumi itu sendiri.

Keberadaan pendidikan Indonesia saat ini dalam kubangan paradigma bangsa barat. Nah! untuk melepaskan diri dari kubangan paradigma bangsa barat, sudah saatnya para cendekiawan melakukan penggalian ilmu dari khazanah nusantara, bahwa para cendekiawan nusantara harus mampu membuktikan diri dalam membangun sebuah teori dengan tidak mengekor konsep bangsa barat yang tumbuh berkembang secara pesat di dunia pendidikan Indonesia saat ini.

Ekspansi ilmu pengetahuan bangsa barat begitu deras menerpa bangsa Indonesia, kalau tidak sekarang melakukan sebuah gagasan dalam membendung teori bangsa barat, lalu kapan ekspansi ilmu pengetahuan bangsa barat akan berakhir? Inilah tantangan para pelajar Indonesia dalam menjawab gagasan bangsa barat yang saat ini banyak di gandrungi para pelajar dengan menamakan diri para kaum liberal.

Membendung keilmuan bangsa barat yang berpaham tak sejalan dengan ruh masyarakat nusantara di perlukan sebuah penggalian ilmu pengetahuan dari dalam maupun dari luar, tentu dengan berlandaskan Islam sebagai pengejawantahan dalam kehidupan akhirat maupun dalam kehidupan dunia. Semoga Allah membimbing kami dengan ilmu yang berkah dan bermanfa'at, Amiin......

Perang Adalah Rahmat



By: Khoirul Taqwim

Ketika membaca tentang perang sadar atau tidak sadar pikiran kita secara langsung melayang jauh akan terjadinya dampak yang destruktif (merusak), sebab dengan adanya perang tak dapat di pungkiri akan terjadinya hilangnya nyawa, harta benda dan akan terjadi banyak janda-janda dan anak-anak yatim dan masih banyak lagi yang berdampak negatif dari peperangan tersebut, tetapi sebenarnya ada sisi positif dalam perang jika kita mau memahami secara universal.

Sebelum lebih jauh kita membahas tentang perang adalah rahmat, lebih bijaknya kalau kita terlebih dahulu memberikan pengertian perang yaitu sebuah aksi fisik dan non fisik antara dua kelompok atau lebih untuk melakukan dominasi di suatu tempat yang dipertentangkan.namun secara umum perang merupakan pertentangan antar kelompok dalam melakukan suatu gerakan dan yang menjadi penyebab perang adalah adanya perselisihan ideologi yang di pengaruhi sarat kepentingan, keinginan untuk memperluas wilayah kekuasaan, perebutan sumber daya alam di suatu tempat, dan masih banyak lagi yang menyebabkan adanya peperangan.

Perang sudah menjadi ruh sejarah manusia dari generasi ke generasi dalam menjalani hidup, sehingga sejak dahulu kala sampai generasi saat ini kita tak lepas dari generasi yang bebas dari perang, jadi wajar apabila kita selalu melihat perang di belahan dunia, tentunya dari situ akan ada reaksi yang mendukung perang maupun yang menolak adanya peperangan, itulah bentuk keberagaman manusia dalam menafsiri perang, tetapi yang pasti perang sudah menjadi watak manusia dalam berkompetisi, untuk itu perang yang punya nilai rahmat di butuhkan pemikiran yang dalam, sebab tidak semua perang adalah rahmat bahkan perang juga membawa bencana kalau kita tidak memahami perang yang punya nilai kemanusiaan. lalu yang menjadi pertanyaan besar adalah perang yang seperti apa yang mempunyai nilai rahmat? pertanyaan inilah yang nantinya membawa kita dalam pembahasan yang lebih mengkerucut.

Perang yang punya nilai rahmat adalah ketika perang tersebut mengarah menuju tercapainya masyarakat yang damai, adil, makmur dan sejahtera, sehingga terjadinya perang adalah bentuk perwujudan pembebasan masyarakat dari suatu cengkeraman penjajahan, dari peristiwa tersebut kita punya kewajiban perang sebagai tanggung jawab memerdekakan manusia dalam melakukan rekonstruksi di segala aspek kehidupan masarakat, agar terjadi kehidupan yang lebih beradab dan jauh dari sifat kemunkaran. Adanya perang merupakan bentuk efesien dan efektif dalam melakukan sebuah gerakan perlawanan, dalam agama Islam tidak pernah mengajarkan peperangan selain untuk tujuan pembebasan; yaitu: pembebasan dari berbagai bentuk penindasan, diskriminasi dan tindakan melanggar HAM, dan lain sebagainya. Dalam sejarah Islam menegaskan bahwa tentara Islam masuk ke Mesir dengan tujuan membebaskan mereka dari penjajahan Romawi, bahkan di negara kita sendiripun perang juga pernah terjadi saat memperjuangkan kemerdekaan Republik Indonesia dalam mengusir penjajahan yang menindas masyarakat pribumi.

Jadi ketika perang dikatakan rahmat apabila sesuai dengan nilai kasih sayang dan peduli pada penderitaan orang lain, jika perang yang terjadi tidak punya nilai demikian berarti perang tersebut tidak dapat di katakan rahmat, tulisan singkat ini merupakan ulasan sederhana dalam memahami perang adalah rahmat, agar kita dapat mengambil hikmah dari suatu peperangan dengan arif dan dapat mencapai sifat terpuji dalam diri kita, semoga Allah SWT selalu memberikan petunjuk kebenaran dengan anugerah dan kemuliaanNYA.

Membangun Pendidikan ala Islam Tradisional


By: Khoirul Taqwim

Pendidikan merupakan pintu gerbang dalam membangun sumber daya manusia. Sehingga pendidikan sangat urgen bagi kemajuan sebuah bangsa dan negara. Mengingat pendidikan sebagai peletak dasar awal mula membangun sumber daya manusia, sebelum terjun langsung ditengah-tengah kehidupan masyarakat.

Membangun pendidikan yang berorientasi pada kearifan lokal merupakan sebuah keniscayaan yang tak dapat ditolak. Karena kearifan lokal salah satu watak dan kepribadian masyarakat setempat dalam mengeja langkah menuju kehidupan sejati.

Kearifan lokal modal awal dalam membangun para pelajar, agar kedepan para pelajar mengerti dan paham akan realita kehidupan. Sehingga para pelajar menemukan jati diri sebagai manusia seutuhnya, bukan hanya sebatas teoritis belaka, tetapi lebih mengena pada kehidupan secara nyata.

Kehidupan pendidikan di negeri Nusanatara, sudah semestinya membangun jiwa dan ruh dalam kehidupan para pelajar, agar para pelajar mendapatkan sebuah ilmu yang bermanfa'at dalam menatap masa depan, tetapi pendidikan yang terjadi saat ini, ternyata tak jarang ditemukan ilmu yang jauh dari kearifan lokal. Sehingga para pelajar berada dalam tekanan kubangan asing, apalagi para pelajar diwajibkan belajar berbagai idiologi luar yang jauh dari nilai-nilai kemanusiaan, tentu pendidikan model seperti ini, cenderung mengarah pada westernisasi.

Pendidikan di Nusantara sudah saatnya berorientasi pada nilai-nilai kearifan lokal yang bertumpu pada nilai-nilai ke-Islaman. Karena nilai-nilai kearifan lokal yang bertumpu pada nilai-nilai ke-Islaman merupakan sebuah realita tang tak dapat ditolak. agar dapat membangun watak dan kepribadian para pelajar yang sesuai dengan moral kebangsaan.

Ketika moral bangsa terjadi sebuah istilah rekonstruksi, berarti bangsa dan negara mengalami kehidupan yang sehat, tetapi disaat sebuah bangsa terjadi istilah destruktif moral, berarti sebuah bangsa dan negara mengalami regresi dibawah titik nadir yang membahayakan bagi kehidupan masyarakat secara luas.

Keberadaan kearifan lokal yang bertumpu pada niali-nilai ke-Islaman merupakan sebuah pandangan Islam tradisional dalam membangun sebuah pendidikan, agar pendidikan di negeri Nusantara dapat berkembang dan mengalami kemajuan sesuai kepribadian sebuah bangsa dan negara.

Kearifan lokal dan nilai-nilai ke-Islaman merupakan sebuah keniscayaan yang tak dapat dibantah dalam membangun pendidikan di negeri Nusantara, agar pendidikan semakin jaya dalam mengembangkan ilmu pengetahuan yang lebih bermanfa'at, apalagi kearifan lokal dan nilai-nilai ke-Islaman dapat di ibaratkan "jiwa dan raga" yang tak dapat dipisahkan.

Semoga Allah SWT memberi rahmat dan berkah kepada para pendidik di negeri Nusantara, Amiin..........

Paradigma Islam Tradisional Pasca Reformasi


By: Khoirul Taqwim

Reformasi merupakan sebuah agenda besar dalam melakukan sebuah perubahan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Bahkan reformasi di jadikan sebuah bentuk bangunan pembebasan dari belenggu kediktatoran dari sebuah rezim kepemimpinan. Karena reformasi merupakan salah satu proses dalam membangun sebuah peradaban bangsa secara terbuka dan berani dalam mengambil sebuah sikap, untuk mengemban amanat dan tanggung jawab suci dalam mewujudkan sebuah perubahan.

Perjalanan reformasi yang menjadi sebuah impian besar para pelopor gerakan dalam mengggulingkan rezim kepemimpinan diktator, telah mengubah paradigma kebangsaan dari tertutup menuju sebuah sistem keterbukaan. Sehingga dengan sistem terbuka mengakibatkan sebuah idiologi baru masuk keranah kebangsaan. Berangkat dari sinilah sistem keterbukaan dengan mengedepankan dalil sebuah kebebasan telah menjadikan keberagaman corak berpikir berkembang secara pesat dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.

Lebih jauh lagi, bahwa pasca reformasi dengan sistem keterbukaan telah masuk keranah keagamaan, agama Islam sebagai lumbung gagasan baru muncul di era reformasi dengan berbagai wajah dalam menampakkan diri saat menggagas tentang dunia ke-Islaman. Sehingga terjadilah sebuah pertarungan yang sangat gencar dalam pemahaman tentang ke-Islaman di era pasca reformasi.

Pergolakan pasca reformasi dalam dunia Islam berkembang begitu pesat dalam kajian ekonomi, sosial, politik, budaya. Mulai dari yang paling sederhana sampai yang paling kontroversial. Bahkan sebuah gagasan yang cenderung mengarah di luar sebuah adat kebiasaan masyarakat secara luas juga berkembang pesat. Sehingga terkadang memunculkan sebuah paradigma berseberangan antara yang satu dengan lainnya.

Reformasi merupakan salah satu pintu gerbang keterbukaan dalam memahami dan menerjemahkan beragam persoalan yang terjadi dalam kehidupan masyarakat. Bahkan reformasi menjadi sebuah jalan idiologi dari luar berkembang begitu pesat masuk kewilayah Indonesia, baik masalah ekonomi, sosial, budaya, politik, pendidikan maupun dalam bidang yang lain.

Keberadaan reformasi telah dijadikan alat oleh sebagian kelompok dalam menyebarkan sebuah gagasan yang menjadi sebuah idiologi. Sehingga pasca reformasi berbagai pola pikir dari paham yang menyimpang maupun paham yang ingin meluruskan agama Islam bermunculan dengan berbagai wajah yang berbeda.

Paling mencolok dalam paradigma Islam pasca reformasi merupakan pertarungan sebuah wajah besar antara liberal dengan wajah khilafah. Sehingga kedua wajah ini sering bersitegang mulai dari adu argumen sampai pertarungan yang lebih fenomenal lagi. Mengingat pertarungan antara liberal melawan khilafah merupakan sebuah pertarungan dari sebuah gagasan dan budaya dari luar nusantara.

Liberal merupakan gagasan yang datang dari bangsa barat. Sehingga paradigma berpikir dari kelompok liberal cenderung mengarah terhadap permasalahan akal dalam menafsiri sebuah kehidupan. Karena liberal menekankan kepada aspek kebebasan hak individu, tetapi kelemahan terbesar dalam liberal terletak dalam penekanan tentang masalah gagasan yang cenderung menegasikan masalah hak sosial.

Hasil olah pikir liberal sering mengadopsi dari pemikiran barat dalam menerjemahkan tentang sebuah kehidupan beragama. Berangkat dari sinilah liberal terjebak pengulangan gagasan dengan mengarah pada kebebasan semu dalam membangun paradigma berpikir. Sebab liberal cenderung pada olah konteks dalam memberikan sebuah tafsir tentang keagamaan, padahal dalam menafsirkan keagamaan tidak hanya sebatas mengandalkan tentang konteks belaka. Namun antara teks dan konteks harus mampu di sinergikan dengan tepat.

Sedangkan khilafah mengarah terhadap cara pandang tekstual dalam memberikan sebuah tafsir tentang ke-Islaman. Sehingga paradigma khilafah terjebak dalam pemahaman secara teks dan jauh dari multi real kehidupan. Berangkat dari sinilah sebuah bangunan khilafah cenderung mengadopsi paradigma gagasan budaya dari bangsa timur tengah dalam memberikan sebuah gambaran tentang Nilai-nilai ke-Islaman.

Pasca reformasi dengan ranah paradigma ke-Islaman yang berkembang dalam pertarungan idiologi liberal barat melawan khilafah timur tengah, ternyata memunculkan sebuah gagasan dari Islam tradisional sebagai penyeimbang antara liberal dengan khilafah. Sebab Islam tradisional lebih menekankan pada aspek teks dan konteks secara sinergi dalam lingkup NIlai-nilai tentang ke-Islaman. Sehingga dalam wajah Islam tradisional merupakan sebuah bentuk penerapan masyarakat pribumi dalam menggali sebuah ajaran Islam dengan konteks budaya, agar terjadi sebuah mutualisme secara real antara teks dan konteks dalam ajaran Islam.

Islam tradisional lebih cenderung mengarah menuju sebuah gagasan dari menggali nilai luhur masyarakat pribumi sendiri dalam menggagas sebuah konsep ke-Islaman. Sebab budaya timur tengah maupun budaya dari barat sangat tidak cocok dengan kepribadian masyarakat pribumi. Karena itu dengan menggali nilai luhur dalam memunculkan sebuah nilai tentang kearifan lokal dengan di masuki ajaran Islam sebagai penyeimbang antara kehidupan profan dan sakral. Berangkat dari sinilah antara kearifan lokal dapat berjalan berdampingan dengan Nilai-nilai ajaran Islam, untuk mengkaji sebuah teks dan konteks yang saling berintegrasi.

Paradigma Islam tradisional merupakan sebuah jalan tengah dalam menerjemahkan tentang Nilai-nilai ke-Islaman, agar bangsa Indonesia di era pasca reformasi mampu menggali khazanah nusantara, agar dapat di padukan antara teks dan konteks secara tepat dalam mencapai sebuah kemaslahatan umat yang berlandaskan dari ajaran suci agama Islam. Dan Allah Memberi petunjuk kepada kebenaran, atas rahmat, keagungan, dan kemuliaan-NYA.

Marxisme Dalam Pandangan Islam


By: Khoirul Taqwim

Marxisme merupakan wajah dari manifesto komunis yang di gagas karl Marx dalam bentuk pemikiran tentang ekonomi dan negara, tetapi tak jarang filsafat yang di bangun Karl Marx menyerang agama dengan tuduhan, bahwa agama adalah candu, tentu bangunan filsafat Marxisme membuat para agamawan tersentak dengan gagasan Karl Marx atas sejumlah bangunan argumen yang di bangun dalam filsafat Marxisme.

Marxisme dalam paradigma pemikiran mengedepankan masalah penyamarataan tentang ekonomi antara masyarakat kaya dengan masyarakat miskin, tetapi konsep yang di bangun Karl Marx cenderung mengarah kepada kediktatoran sosial, padahal manusia di ciptakan dalam bentuk sosial maupun individu dalam realita kehidupan.

Gagasan Karl Marx tentang penyamarataan merupakan sebuah pertarungan yang di paksakan, sebab manusia dalam aksiologi dan epistemologi mempunyai sebuah perbedaan. Sehingga bangunan filsafat Karl Marx terbentur dengan sebuah realita aksiologi dan epitemologi dalam menerjemahkan sebuah kehidupan. Bahkan bangunan filsafat marxisme cenderung sepihak tanpa menganalisa tentang sebuah keberagaman.

Manusia dalam realita kehidupan merupakan bentuk sebuah keberagaman. Sehingga manusia tak dapat di sama ratakan dalam makna aksiologi maupun epistemologi. Sebab Allah dalam menciptakan manusia dalam bentuk perbedaan, tentu perbedaan melalui sebuah ekonomi, sosial, budaya, politik, dan masih banyak lagi perbedaan yang lain. Namun Islam mengajarkan, bahwa antara masyarakat kaya dengan masyarakat miskin harus saling berkesinambungan antara satu dengan yang lain, bahwa masyarakat kaya berkewajiban membantu masyarakat miskin melalui istilah zakat, sedekah dan masih banyak lagi istilah dalam Islam tentang hubungan masyarakat kaya dengan masyarakat miskin.

Pandangan Islam tentang marxisme, bahwa filsafat Marxisme terlalu kaku dalam menerjemahkan tentang realita kehidupan, sebab Marxisme hanya mengambil sisi penyamarataan belaka, tanpa melihat dari sisi yang lain, padahal kehidupan mempunyai keberagaman nilai dalam fakta di lapangan.

Gagasan Marxisme hanya berkutat pada ontologi belaka. Sehingga ajaran marxisme cenderung satu pihak dalam menerjemahkan realita kehidupan, padahal manusia dalam realita kehidupan telah mengalami sebuah perbedaan yang amat besar. Inilah konsep marxisme telah terjebak dalam bentuk parsial dan tidak menyentuh secara universal kehidupan.

Kesalahan marxisme dalam menerjemahkan teologi hanya berkutat pada pemahaman sepihak, tanpa melihat secara dalam makna teologi antara yang tersirat maupun tersurat, agar mempunyai keseimbangan dalam penilaian tentang sebuah realita teologi.

Serangan marxisme yang paling dahsyat tentang agama dengan mengatakan, bahwa agama adalah candu, kalau melihat dari argumen marxisme tersebut, berarti marxisme hanya melihat dari sudut pandang negatif, tanpa melihat sudut pandang yang lain. Nah! dari sinilah dapat di katakan, bahwa marxisme dalam menerjemahkan sebuah realita keagamaan hanya berkubang satu pihak, lalu membuat sebuah kesimpulan, tanpa melihat dari sisi yang lain.

Islam dalam memandang marxisme, bahwa marxisme terjebak dalam filsafat yang berpangkal pada ontologi, tanpa melihat Premis-premis kecil yang berdasarkan kepada epistemologi dan aksiologi, agar dalam menganalisa filsafat kehidupan tidak sepotong-potong, lalu menyimpulkan dengan lugas tanpa melihat fakta di lapangan.

Sedangkan dalam Islam manusia di hadapan Allah adalah sama, tetapi yang membedakan adalah sebuah bentuk keimanan. Nah! dari sinilah Islam secara ontologi menyamakan kedudukan manusia, namun dalam dataran epistemologi dan aksiologi telah mengalami sebuah perbedaan. Karena Islam merupakan sebuah kumpulan antara hak individu dan hak sosial secara seimbang.

Keberadaan gagasan Marxisme terjebak pada nilai sosial, tetapi telah mengingkari dalam pengejawantahan tentang hak individu. Sedangkan Islam berusaha menyeimbangkan antara kepentingan individu dengan sosial, bukan menegasikan antara satu dengan yang lain. Dan Allah maha pemberi jalan petunjuk bagi siapa yang di kehendaki-NYA

Perkembangan dan Pemikiran Islam Tradisional Indonesia


By: Khoirul Taqwim

Islam tradisional tumbuh berkembang dalam kehidupan masyarakat Indonesia sejak awal agama Islam datang ke-Nusantara, tetapi dalam perjalanan Islam tradisional mendapatkan berbagai tantangan dari berbagai sekte Islam dengan gagasan ke-Islaman yang cenderung sepihak dalam membedah khazanah tentang Nilai-nilai yang terkandung dalam ke-Islaman. Bahkan tantangan yang terkuat datang sejak bangsa eropa datang ke-Indonesia dengan membawa bendera kolonialisme. Sehingga memunculkan Islam dengan corak modern dengan meniru gaya hidup ala bangsa eropa, padahal corak ke-Islaman model dari bangsa eropa tidak sesuai dengan masyarakat di nusantara.

Perjalanan Islam tradisional semakin kuat di saat kemerdekaan bangsa Indonesia telah hadir dalam kehidupan masyarakat. Bahkan Islam tradisional dengan gencar mendirikan berbagai pendidikan melalui pondok pesantren maupun dalam bentuk pendidikan lain, tetapi dalam perjalanan selanjutnya Islam tradisonal semakin menghadapi beragam tantangan yang kuat dari dominasi bangsa barat dan para pejuang khilafah. Sehingga Islam trdaisional semakin di anggap sebagai budaya yang ketinggalan zaman. Bahkan ada istilah Islam konservatif yang di alamatkan penganut Islam tradisional, tetapi stigma yang paling menyakitkan Islam tradisonal di anggap sebagai pengejawantahan terhadap nenek moyang yang jauh dari Nilai-nilai ke-Islaman.

Melihat beragam serangan dari berbagai argumen para penganut di luar Islam tradisional, perlu ada sebuah bentuk pemahaman secara tepat, bahwa tuduhan dari luar Islam tradisional bukanlah sebuah kebenaran, sebab Islam tradisional merupakan sebuah pengejawantahan antara Nilai-nilai ke-Islaman dengan budaya masyarakat setempat, agar terjadi saling berkesinambungan antara satu dengan yang lainnya.

Perjalanan Islam tradisonal setelah era reformasi dengan berbagai gejolak ke-Islaman datang begitu gencar, Bahkan kita kenal dengan sebutan istilah ke-Islaman dengan pemahaman Liberal, Khilafah dan masih banyak lagi Istilah-istilah lainnya. Sehingga membuat Islam tradisonal mencoba menjawab tantangan zaman yang datang dari berbagai kalangan dengan seonggok dogma yang tidak cocok dengan masyarakat Islam tradisional.

Geliat Islam tradisional dalam menjawab sebuah argumen Islam liberal dengan berusaha memberikan sebuah pemaparan dengan cara mengerahkan dengan berpegang pada sebuah nilai keseimbangan antara tekstual dengan kontekstual.

Keberadaan Islam Liberal cenderung secara kontekstual dalam memberikan sebuah makna kehidupan. Sehingga terkadang Islam liberal kebablasan dalam menerjemahkan masalah kajian ke-Islaman tanpa mengindahkan tekstual. Nah! dari sinilah perlu ada sebuah pemaparan yang saling berkaitan antara tekstual dengan kontekstual secara tepat dalam menempatkan sebuah permasalahan.

Sedangkan Islam khilafah cenderung mengarah kepada pembahasan seputar pemurnian Islam. Bahkan kajian Islam Khilafah cenderung mengarah dalam bentuk tekstual, padahal antara tekstual dengan kontekstual sudah semestinya harus sejalan dalam melihat beragam fenomena kehidupan masyarakat secara luas.

Pasca reformasi telah terjadi sebuah pola pikir dengan mengarah kebablasan dalam mengkaji ke-Islaman baik dari Islam Liberal maupun Islam Khilafah. Sehingga menghasilkan satu sama lain saling menaruh curiga sesama masyarakat Islam. Nah! Islam tradisional pasca reformasi merupakan wajah dinamika baru dalam memberikan sebuah pemahaman dengan jalan tengah, bahwa Islam merupakan perpaduan antara tekstual dengan kontekstual dalam menjawab dan menerjemahkan beragam permasalahan kehidupan masyarakat secara umum.

Keberadaan Islam tradisional merupakan sebuah proses menuju jalan tengah antara pergolakan Islam ala barat dengan pergolakan Islam ala timur tengah. Nah! disinilah Islam tradisional berperan sebagai media jalan tengah dalam memajukan Islam di Indonesia dalam mencari sebuah makna Nilai-nilai ke-Islaman yang tersurat maupun tersirat.

Dengan melihat berbagai permasalahan tentang ke-Islaman di Indonesia sebelum kemerdekaan, saat kemerdekaan dan setelah kemerdekaan membuat Islam tradisional mencoba mengubah dan menyesuaikan dalam menempatkan sebuah gagasan. Sebab agama Islam merupakan sebuah pengejawantahan antara Nilai-nilai ke-Islaman dalam kehidupan masyarakat secara universal. Semoga Allah Membekali kita dengan ilmu yang bermanfa'at, menjadikan kita termasuk orang yang berilmu dan menjadikan kita termasuk golongan manusia yang mulia di dunia maupun di akhirat, Amiin.........